Senandung TK 25 Lintang SAAN - Part 4 waduk darma

Senandung TK 25 Lintang SAAN Bandung ke Arunika part 3

Senandung TK 25 Lintang SAAN - Part 2

Senandung TK 25 Lintang SAAN Bandung ke Arunika Kuningan Jabar

hiburan gerak dan lagu

Dibawah Lampu Merah Suaranya Merdu

Setiap sore sampai malam, tepat ketika langit mulai beranjak jingga, seorang pemuda berdiri di bawah lampu merah perempatan jalan kota. Ia membawa peralatan lusuh dan termasuk sebuah speaker yang disambungkan dengan kabel panjang dari power bank tua.

Namanya sebut saja Raka. Usianya sekitar dua puluh lima tahun. Setiap hari, dengan suara yang merdu dan penuh perasaan, ia menyanyikan lagu-lagu lama yang hampir dilupakan orang. Tapi siapa pun yang mendengar suaranya akan berhenti sejenak, tak peduli sedang sibuk atau buru-buru. Suaranya seperti menenangkan kekacauan jalanan dan keramaian kota.

Beberapa pengendara membuka kaca jendela, melemparkan uang receh, kadang juga sekadar senyuman. Tak sedikit yang merekamnya diam-diam, mengunggahnya ke media sosial dengan caption seperti, “Suara sekelas penyanyi profesional,” atau “Kenapa belum terkenal?”

Tapi Raka tetap di sana. Hari demi hari, lampu merah menjadi panggung kecilnya.

Entah karena belum mendapat kesempatan untuk menembus dunia industri musik, atau mungkin karena bagi Raka, menyanyi di jalanan adalah satu-satunya cara untuk tetap hidup. Ia tak pernah bercerita banyak. Tapi setiap bait lagu yang dinyanyikannya membawa cerita, luka, harapan, dan cinta.

Di bawah lampu merah itu, Raka bukan sekadar pengamen. Ia adalah seniman yang belum menemukan panggungnya. Atau mungkin, lampu merah itulah panggungnya yang paling jujur—di mana ia bisa menyanyi tanpa tuntutan, tanpa topeng, hanya dengan suara hati.

tutty mayang

KORMI JABAR Senam bersama di Monju

Bendungan Cirata Kab Purwakarta