a1

Wednesday, April 20, 2022

Manusia Gerobak dan Pengemis Dadakan Mulai Berdatangan Mengais Belas Kasian

Beginilah manusia gerobak, hilir mudik di tengah kota/ft Sonni Hadi
Bandung,- Manusia gerobak atau sebut saja mereka yang sengaja datang dari daerah daerah pedasaan secara berkelompok pergunakan mobil minibus sewaan, mulai berjejer di jalan jalan Kawasan kota Bandung. Hal tersebut dijadikan budaya mencari uang dengan cara mengemis dan bermodalkan pakaian compang camping, lusuh, bahkan membawa anak anak dibiarkan main atau pura pura tidur atau melamun di pinggir jalan.

 Hal itu merupakan senjata ampuh untuk mengundang belaskasihan bagi siapa saja yang melihatnya, betapa tidak? Mereka seperti tampak kelaparan, sengsara dan selalu memelas. Sehingga tidak jarang orang orang yang lalu Lalang dan tidak mengetahui sebenarnya, akan mengira sebagai orang kurang beruntung dan terlantar. Akan timbul rasa kasihan dan memberi uang atau makanan apa saja, padahal mereka tidak seperti yang diperkirakan. Mereka memang seperti sudah terlatih, didepan orang selalu terlihat lemas dan merunduk. Namun apabila tidak ada orang mereka ketawa ketiwi berkecengkrama, layaknya orang orang normal biasa yang tanpa ada kesusahan. Dari mana asalnya mereka berdatangan ke Kota Bandung? Beberapa orang yang berhasil dimintai keterangan seperti salah satunya asmiri (28) asal Juntinyuat Indramayu mengaku datang bersaya 14 orang termasuk anak anak 3 orang yang dibawa ibunya. Mereka menyewa mobil terbuka, seharga Rp 400 ribu dibayar secara patungan, biasanya dipungut biaya oleh seorang yang dipercaya untuk mengurus segala sesuatunya selama di kota. Mulai mencari lokasi dan menyebar beberapa orang untuk menempati tempat yang dianggap cocok nongkrong menunggu uluran belas kasihan. “Banyak yang berdatangan, biasanya ada 3 rombongan masing masing ada ketua grupnya. Sehari mereka selalu mendapat rejeki, baik yang turun dari mobil sedan maun yang lewat. Pokoknya selalu ada saja,dan masalah makan tidak pernah kekurangan karena setiap hari ada saja yang membagikan nasi bungkus maupun nasi kotak.” Kata Asmiri sambil menunjuk kea rah teman temannya yang berada di ujung jalan. Sampai kapan berada di Kota Bandung? Jawabnya sampai lebaran kedua, karena lebaran pertama puncak mengais rejeki ke tempat sholat ied, katanya. Berapa pendapatan setiap orangnya? Ternyata beda beda. Pokoknya paling sedikit satu juta, biasanya yang paling banyak mendapat uang ibu ibu yang membawa anak kecil, kalau pulang kampung bisa membawa sekitar Rp 3 juta bersih tanpa bayar ongkos naik bak terbuka. Itulah sisi lain kehidupan di era teknologi ini, hanya mengandalkan pakaian lusuh dan pura pura lemas kelaparan, bisa menumpulkan pundi pundi uang tidak sedikit jumlahnya. Tanpa harus mengeluarkan tenaga atau menguras tenaga, cukup berdiam diri mengandalkan actions uang datang dari siapa saja. Jadi tidak heran dan percaya, bahwa seorang pengemis yang pernah dirazia aparat, kedapatan didalam tas lusuh terdapat uang puluhan juta hasil dari mengemis. Tegar S Hadi

Tuesday, March 8, 2022

Dapat penumpang yang mabok malah untung

rekan sesama suka dan duka
 Jadi seorang driver ojol memang menyenangkan, selain mendapat uang langsung atau masuk dompet saldo, tetap saja bisa diambil saat itu juga, persoalan lainnya bekerja tidak ada yang mengatur dan merintah, asal mau berangkat dan on line. Itulah salah satu enaknya menjadi driver ojol, ada yang mengesankan juga dibalik senang dan gembira tentunya pengalaman pahit dan rasa takut selalu ada. Kalau kata orang pintermah, “Sangat manusiawi”

Kejadian ini dialami driver Bernama Popon seorang ibu rumahtangga merangkap tulang punggung keluarganya, pokoknya Popon yang tergolong masih muda karena usianya diatas 20 an sedikit lebihnya. Jangan tanya paras dan bentuk fisiknya, silahkan saja lihat foto profilenya, mungkin siapun konsumennya yang diantar dia akan terasa sebentar walau jarak yang ditempuh cukup jauh, inginnya nempel terus. Stop dulu soal fisik, dilanjut pengalamannya.

Di akhir tahun 2021 pas malam tahun baru, mendapat orderan dan harus menjemput di pintu terminal Cicaheum, tanpa piker Panjang “Dicocol” dan orderan langsung diterima, meluncur arah titik yang ada di map.

Ketika sampai di titik tujuan, datang seorang Wanita dari warung PKL dekat pintu gerbang sambil bertanya ini benar kang Popon? Saya jawab benar bu tapi saya Wanita. Tanpa banyak pertanyaan lagi si ibu sambil menuntun seorang laki laki naik motor dan berkata” tolong sampai depan Gang Bambayang Simpang Dago yah” sambil menambahkan “ ini pakai aplikasi saya dan ini ongkosnya” memberi uang lembaran Rp20.000 padahal biaya ke simpang hanya Rp 12.000.

Waduh!!!!!!!. ternyata penumpang seorang laki laki mabok, tercium dari bau alcohol, bingung saat itu juga langsung buka WA dan minta dipantau kea rah Jl Ir H Juanda tepatnya sampai Bambayang ke beberapa grup ojol. Saya lihat sekejap saja direspon oleh beberapa teman ojol lainnya, hati sudah mulai tenang tetapi masih dihinggapi kuatir.

Perasaan Cicaheum-Simpang lama sekali, ingin segera sampai. Beberapa stopan kebetulan merah semuanya, tambah kesel. Tapi untungnya penumpang ngak banyak ngomong hanya motor terasa kesana kemari, mungkin akibat penumpang yang tidak sadar penuh maklum orang mabok.

Sampai di Dago dan masuk ke dekat Bambayang, penumbang yang abok itu hafal. Nah disni A, saya mau turun. Alhamdulillah selamat……. Tapi apa Ketika ia turun ketepruk jatuh…. Waduhhhh ada apa nih? Terpaksa saya simpan motor dan membantu agar ke pinggir, eeehhh ternyata dia langsung berdiri dan bertanya. “Berapa ongkosnya?” saya jawab sudah dibayar tadi sama ibu yang di warung.

Eh dia maksa lihat hp, “Mana coba lihat, saya ngak mabok” terpaksa saya buka tuh ongkosnya Rp12.000 tapi dah dibayar, malah marah sambil berkata bohonggg si aa mah, nih saya bayar mengeluarkan uang dari saku celana tiga lembar terdiri dari 20.000 dan 10 ribu.

Ambil ini kalau kurangmah nih tambah lagi ceban, sambil mengeluarkan uang Rp 5.000. Dasar orang mabok 5000 disangka ceban, diterima tapi takut ngak diterima lebih takut karena maksa. Akhirnya saya terima juga. Dia ngeloyor tapi helm masih dipakai.

Tadinya tidak akan diambil ah biar saja, tapi gimana kalua saya dapat orderan lagi? Terpaksa saya kejar dan minta dengan lemah lembut, dia berbalik sambil teriak. “ Ari maneh kurang keneh?” disangkanya mau minta uang, tapi saya jawab itu kang helmnya.

Anehnya orang abok itu seperti sadar, buka helm dan diberikan ke saya sambal narik tangan saya, dikira mau apa? Ternyata cium tangan dan bilang maaf ya aa.

Setengah berlari saya menuju motor dan langsung tancap gas, antara kaget, takut, waswas, untung dan ketawa.

ikl tengah

Buka Bersama Komunitas Jiwalumaju ++