a1

Tuesday, February 20, 2024

Stres Gagal Nyaleg 2024

Pemilu 2024 usai, tinggal menunggu keputusan KPU setelah menghitung suara yang masuk. Namun penghitungan masih berjalan, beberapa orang yang mencalonkan diri sebagai anggota dewan kadung pesimis. Masalahnya mereka "terbius" oleh hitung cepat (Quick Count). Mereka yang stres karena suaranya jauh apa yang diharapkan, langsung berkicau tak bisa tidur, makan bahkan mandi pun lupa karena memikirkan suara yang diharapkan banyak, malah kebalikannya. Sebut saja caleg dari Cirebon ini bernama imran, ia diiming iming bisa menjadi anggota parlemen oleh salah satu partai, dana yang dikeluarkan untuk keperluan nyaleg puluhan juta, namun suara yang diperoleh sangat mencengangkan, sedikit sekali. Akhirnya meracau di rumahnya. Kejadian serupa terjadi di beberapa daerah mulai dari Jawa timur, jawa tengah, jawa barat kalimantan sumatera. Kejadian caleg stres karena gagal memperoleh suara banyak, membuat banjir cemoohan dari nitizen diberbagai media sosial, karena mereka yang gagal nyaleg hampir semuanya mengambil kembali barang yang telah diberikan, bahkan bahan bangunan yang untuk jalan pun diangkut kembali. Padahal penghitungan suara oleh KPU belum tuntas, mereka kadung percaya kepada hitung cepat. Orang stres karena gagal nyaleg terus bermunculan, hingga pemerintah mempersiapkan berbagai cara untuk menolong mereka. Baik melalui konsultasi psikologi hingga menyediakan dokter spesialis kejiwaan. Demikian juga beberapa RSUD sudah mempersiapkan layanan khusus, seperti RSUD Balaraja Tengerang. RSUD Duren Sawit Jakarta. RSUD Sayang Cianjur menyiapkan ruang rawat inap hingga memberikan rujukan perawatan di RS Marzoeki Mahdi (Rumah Sakit Jiwa) di Lembang Bandung Barat. Sonni Hadi

Sunday, February 18, 2024

Setiap Banjir dapat uang jual jasa

Banjir langganan Kawasan Bandung Selatan perbatasan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, merupakan banjir cileuncang setelah hujan turun di pusat kota Bandung. Lebih 20 tahun, beberapa lokasi di Bandung Selatan seperti di Andir Dayeuhkolot, Gedebage Selatan, Jl Raya Kopo Kawasan Margahayu Selatan dan banyak titik banjir langganan sampai kini awal tahun 2024 tetap menjadi langganan banjir. Banjir yang menyebabkan kerugian Masyarakat sekitar, walau beberapa ganti pejabat pemerintahan, masih tetap banjir cileuncang kerap terjadi, manakala hujan di Bandung utara. Memang daerah Bandung Selatan berada di posisi terendah, disamping membentangnya Sungai Citarum. Banyak factor menyebabkan banjir di beberapa Kawasan itu, selain kiriman air yang bercampur sampah, got mampet atau gorong-gorong tertimbung lumpur yang tak kunjung dikeruk, sampai kesadaran Masyarakat tentang menjaga lingkungan masih kurang.
Sampai kapan banjir menghantui Masyarakat tersebut, hilang. Tampaknya semua pesimis untuk bebas banjir selama tidak ada Kerjasama antara kesadaran Masyarakat dan pemerintah benar benar terjalin serta pejabatnya melaksanakan janji janji sebelum terpilih jadi pimpinan. Sementara banyak yang dirugikan dengan seringnya banjir, namun ada juga segelintir orang yang mencari celah mengeruk pundi dengan adanya banjir. Seperti beberapa anak dan pemuda juga tidak sedikit orangtua yang mengais recehan dari para pemakai kendaraan mogok. Dengan jual jasa mendorong hingga ketepian, dan menghidupkan mesin, bisa mendapatkan upah sedikitnya Rp 10.000hingga 30.000. Banjir langganan di Kawasan Bandung Selatan itu, paling dirugikan adalah penghuni rumah sekitar, selain banyak lumpur juga air bersih terganggu. Namun anehnya para penduduk setempat enggan untuk pindah rumah. Demikian juga yang dirugikan adalah Masyarakat umum yang kesehariannya lewat Kawasan itu, jadi tidak heran kalau arus kendaraan dari titik banjir hingga beberapa kilometer terganggu. Kepadatan hingga kemacetan pun kerap kali terjadi. Jadi kapan Bandung Selatan bebas dari gangguan banjir setiap hujan di pusat Kota Bandung dan sekitarnya? Yopi S Hadi

Friday, February 16, 2024

Tempuh "Jalan Pintas" Menuju DPRD Jabar?!

Berbagai cara dilakukan, demi bisa lolos pergumulan caleg. Jalan pintas jadi pilihan untuk menuntaskan harapan, bahkan ambisi. Pemungutan suara Pemilu 2024 sudah berlangsung. Tinggallah menunggu hasil penghitungan suara. Tampaknya tak sabar untuk "memastikan" lolos. Tak ada jalan lain, menempuh jalan pintas. Ditengarai bagi caleg dengan logistik berlebih. Tapi tak cukup punya basis jaringan untuk mendulang suara . Tak yakin akan hasil akhir. Bahkan sejak awal sudah merasa bakal kalah. Dengan kata lain, tak sesuai ekspektasi dan ambisi. Siapa di antara caleg yang bakal lolos? Tak sabar menanti, malah melakukan sliding tackle yang berpotensi mencederai lawan dan demokrasi. Temuan di lapangan, terindikasi menempuh jalan pintas. Sejumlah jurnalis senior di Bandung mengendus cara tak patut itu. Caleg diduga dari salah satu partai, ditengarai membuka transaksi di belakang layar. Apalagi, kalau bukan - agar beroleh "kepastian" lolos. Transaksi dimaksud diduga melalui oknum, sebut saja "markus" yang mengaku bisa menghubungkan dengan pihak KPU. Kejarannya lolos terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat hasil Pemilu 2024. Sekali lagi, jalan pintas atau "potong kompas". Penulis pernah mengulas sinyalemen di atas. Peringatan hati-hati dan mewaspadai. Aksi money politic dalam bentuk apa pun hingga "serangan fajar". Endusan tak sedap itu, kali ini berlangsung di seputar dapil Jabar-1. Terindikasi melibatkan caleg berinitial J, yang diduga bermain mata dengan "markus" bernama G. Komunikasi dimungkinkan sudah berlangsung, sebelum hari pencoblosan. Konon pihak G menawarkan jasa kepada J untuk bisa lolos ke DPRD Provinsi Jabar. Gayung bersambung, J pun meyakinkan pimpinan partainya. Pertemuan tiga pihak pun dilakukan. Kesepakatan terjadi. Tawaran jasa sekira Rp 2 milyar, kabarnya pula sudah dipenuhi. Nilai rupiah per orang. Sejumlah itu diperuntukkan bagi "orda" di KPU Jabar?! Tak jelas, apakah yang sebenarnya atau semata klaim si "markus" yang mengaku punya kedekatan dengan oknum pelaksana pemilu daerah itu?! Sejumlah nilai transaksi itu di luar jasa "markus" yang berkisar Rp 500 - 800 juta. Dengan cara DP (down payment). Terbayangkan hasil akhir bakal lancar dan sukses, si pimpinan partai pun tak cukup ingin meloloskan hanya J seorang. Ada caleg lainnya yang ingin didorong lolos lewat jalan pintas. Di antara dari dapil Sukabumi dan Tasikmalaya. Terindikasi caleg perempuan. Penelusuran dalam sepekan terakhir, ditengarai spasi krusial ketiga caleg sudah berlaku. Penulis mencoba menelepon untuk klarifikasi, pada malam hari jelang pencoblosan. Tapi tidak direspon. Langkah konfirmasi lanjutan ke Bawaslu Jabar di Jl. Turangga Bandung. Peristiwa hukum ini dikenal dengan "penggelembungan suara". Termasuk dengan cara lainnya hingga fokus tujuan akhir. Terpenuhi jumlah suara untuk satu kursi dewan. Hal yang kerap menjadi rumor tak sedap itu dimungkinkan antara lain dari "perjalanan" suara. Dari penghitungan di TPS ke tahap PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan). Skenario itu tak serta-merta mulus. Para pihak pasang mata dan telinga, mengamati setiap situasi kondisi. Mereka meyakini, akan ada spasi untuk beraksi. Tak kecuali mengoptimalkan dan atau memanfaatkan kondisi keletihan para petugas atau bahkan sudah dikondisikan secara berjamaah. Berlaku modus TST (tahu sama tahu). Penelusuran lain menyebutkan, si markus punya catatan sukses sebelumnya. Menggolkan caleg DPR RI di dapil tetangga. Berdomisili di sekitar Kabupaten Bandung memungkinkannya menggarap perangkat desa. Semata garapan pundi suara untuk caleg dewan pusat itu. Lantas mengolah bersama oknum KPU Jabar pada periode sebelum kini. Oknum KPU yang dipegang si markus, konon berasal dari kabupaten di Priangan Timur. Pengalaman sukses si markus G itu yang tampaknya meyakinkan pihak caleg J dan pimpinan parpolnya. Karuan, tak ada hambatan untuk merealisasikan jalan pintas "kongkalikong". Sungguh, memprihatinkan.* - imam wahyudi (iW) jurnalis senior di bandung

ikl tengah